KULTUR JARINGAN TANAMAN DAN METABOLITE SEKUNDER
Kultur jaringan tanaman ialah ilmu untuk menumbuhkan sel,
jaringan, dan organ tanaman yang diisolasi dari pohon induknya di dalam medium
buatan dalam kondisi aseptik (George, 2008).
Faktor yang berpengaruh dalam kultur jaringan dan produksi metabolit sekunder,
yaitu eksplan, jenis medium, komposisi mineral medium, sumber karbon, zat
pengatur tumbuh, cahaya, pH, temperatur dan aerasi (George, 2008; Hahn et al., 2003; Yeoman dan Yeoman, 1996;
Ahmadian et al., 2013; Preil,
2005; Bhojwani dan Razdan, 1996). Medium padat, semi padat dan medium cair
merupakan medium yang sering digunakan dalam kultur jaringan, pemadat medium
umumnya menggunakan agar (George, 2008). Medium padat umumnya digunakan dalam
pemeliharaan jangka panjang pada kultur kalus, organ dan perbanyakan tanaman
(George, 2008). Medium cair merupakan medium yang murah dalam sistem perbanyakan
in vitro, karena tidak ditambahkan
pemadat. Keuntungan medium cair ialah terjadi kontak langsung antara jaringan dengan
medium sehingga dapat merangsang dan memfasilitasi penyerapan nutrisi dan
fitohormon dengan optimal dan mengurangi
persaingan eksplan dalam mendapatkan nutrisi dari medium (Mehrotra et al.,
2007; Metwali dan Al-Maghrabi, 2012).
Gb 1. Kultur jaringan tanaman dalam medium padat.
(Dok. Dannis)
Eksplan batang tanaman Sambung Nyawa (Gynura procumbens) yang telah tumbuh kalus dan akar adventif
Komposisi medium yang
umum digunakan dalam kultur jaringan in
vitro terdiri atas larutan garam mineral makro dan mikro serta penambahan
vitamin, asam amino, dan sumber karbon (George dan de Klerk, 2008). Komposisi
medium yang diformulasikan oleh Murashige dan Skoog (MS) pada tahun 1962 merupakan
medium yang sering digunakan dalam kultur jaringan, selain itu medium MS
diketahui cocok dan memberikan pertumbuhan yang baik bagi banyak tanaman
(George dan de Klerk, 2008).
Sumber karbon umumnya
didapatkan tanaman dari alam melalui proses fotosintesis. Tetapi, di dalam
kultur jaringan digunakan sumber karbon yang berasal dari penambahan sukrosa
untuk menggantikan karbon dari fotosintesis (Thorpe et al., 2008). Sukrosa diperlukan di dalam medium karena memilki
peran sebagai komponen osmotic dan sumber bahan utama untuk aktivitas
mertabolisme, misalnya digunakan dalam diferensiasi sel xylem dan floem tanaman
(Bhojwani dan Razdan, 1996). Penggunaan sukrosa diketahui dapat digunakan dalam
meningkatkan produksi metabolit sekunder dari tanaman secara in vitro, secara umum peningkatan
konsentrasi sukrosa dapat meningkatkan hasil metabolit sekunder dari kultur tanaman
(Yeoman dan Yeoman, 1996).
Zat pengatur tumbuh
termasuk fitohormon dan zat sintetis yang bersifat sama dengan fitohormon
merupakan nutrisi tambahan yang secara umum berhubungan atau mempengaruhi pertumbuhan,
diferensiasi, dominansi, serta fisiologis jika ditambahkan pada konsentrasi
yang rendah (Davies, 2004; Neumann et
al., 2009). Auksin dan sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang sering
digunakan untuk mengatur pertumbuhan dan morfogenesis tanaman dalam kultur
organ (Machakova et al., 2008).
Manfaat lain dari penambahan zat pengatur tumbuh dapat digunakan dalam
memanipulasi atau mempengaruhi produksi metabolit sekunder di dalam sel
(Bhojwani dan Razdan, 1996).
Gb 2. Pengaruh Zat pengatur tumbuh auksin pada Eksplan daun dan tangkai daun.(Dok. Dannis)
A. Eksplan daun Sambung nyawa tumbuh akar adventif setelah
dikultur dalam medium padat selama 2 minggu
B. Eksplan tangkai daun pegagan tumbuh akar adventif setelah
dikultur dalam medium padat selama 2 minggu (dilihat di
bawah mikroskop stereo)
C. Eksplan daun Sambung nyawa tumbuh akar adventif setelah
dikultur dalam medium padat selama 2 minggu (dilihat di
bawah mikroskop stereo)
Cahaya dapat
mempengaruhi diferensiasi dan organogenesis dari kultur kalus, selain itu
cahaya juga mempengaruhi penyerapan senyawa organik di dalam medium (Bhojwani dan
Razdan, 1996). Cahaya juga memiliki peran
penting dalam akumulasi antosianin dan senyawa golongan flavonoid. Mancinelli
(1985) menyatakan bahwa cahaya dibutuhkan untuk biosintesis dan meningkatkan
antosianin dalam jaringan tanaman. Sedangkan menurut Salisbury dan Ross (1992), proses pencahayaan juga berperan pada
peningkatan senyawa golongan flavonoid pada tanaman, pencahayaan secara
langsung dapat meningkatkan kadar flavonoid tanaman.
Perubahan komposisi nutrisi medium seperti sukrosa, garam
mineral dan pemadat selama sterilisasi dengan autoklaf dapat menyebabkan
perubahan pH (Bhojwani dan Razdan, 1996). Ukuran
kekuatan dari ion hidrogen disebut pH, ion hidrogen yang besar menyebabkan
suasana medium menjadi asam dan sebaliknya jika semakin kecil akan menjadi basa
(Thorpe et al., 2008). Nilai pH akan
mempengaruhi penyerapan mineral dari medium sehingga akan mempengaruhi
sensitivitas dari eksplan yang dikultur (Thorpe et al., 2008; Yeoman dan Yeoman, 1996).
Sirkulasi gas yang
sangat memadai penting dalam mempercepat perbanyakan tanaman dalam kultur
jaringan (George, 2008). Oksigen terlarut sangat penting bagi kondisi kultur
cair untuk menunjang pertumbuhan dalam kultur jaringan (Afreen, 2008).
Permasalahan yang timbul jika tidak mennggunakan aerasi yaitu adanya Asphyxia (kekurangan oksigen) dalam
penggunaan medium cair statis dan hiperhidrisitas
(malformasi fiologis) akibat dari kekurangan oksigen, kadar air yang tinggi
dalam jaringan daun dan batang karena perendaman (Mehrotra et
al., 2007; Puchooa et al., 1999; Berthouly dan Etienne, 2005).
Gb 3. Kultur organ akar adventif di dalam medium cair
(Dok. Dannis)
(Dok. Dannis)
Gambar 3A merupakan eksplan akar sebelum dikultur
gambar 3B merupakan hasil kultur akar selama 3 minggu di
dalam medium cair (di shaker secara kontinyu dalam kondisi
gelap)
Kultur organ digunakan sebagai istilah yang umum untuk
mempertahankan, memelihara dan menumbuhkan bagian tanaman yang teroganisir,
seperti kultur meristem, kultur ujung tunas, kultur nodus, kultur akar, dan
kultur embrio (George, 2008). Kultur
sel dianggap kurang menguntungkan dibandingkan kultur organ karena produksi
yang tidak stabil, produktifitasnya kurang, dan beberapa senyawa metabolit
sekunder tidak disintesis pada sel yang belum terdiferensiasi (Baque
et al., 2012c). Pertumbuhan secara kontinyu dari kultur organ
dimanfaatkan untuk tujuan komersial dalam memproduksi metabolit sekunder
tanaman, kultur akar menjadi salah satu alternatifnya karena akar merupakan
sumber dari berbagai macam bahan makanan dan bahan kimia yang berguna (Bhojwani
dan Razdan, 1996). Keuntungan menggunakan teknik kultur jaringan dalam
memproduksi senyawa metabolit sekunder, yaitu dapat dilakukan produksi secara
berkelanjutan, tidak terkendala oleh musim, hasil produksi dapat diprediksi,
dapat mengendalikan kondisi kultur, menghilangkan hambatan geografis
(Karuppusamy, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Afreen F., 2008.
Temporary Immersion Bioreactor, in
Gupta S. D. and Ibaraki, Yasuomi, ed, Plant
Tissue
Culture Engineering, Springer, Netherlands.
Ahmadian
E., Lolaei A., Mobasheri S., and Bemana R., 2013. Investigation of Importance
parameters of
Plant Tissue (review), International
Journal of Agriculture and Crop Sciences 5(8):900-905.
Baque
M.A., Moh S-H., Lee E-J., Zhong J-J., and Paek K-Y., 2012c.
Production of Biomass and Useful
Compounds from Adventitious Roots of
High-Value Added Medicinal Plants Using Bioreactor,
Biotechnology Advances 30(6):1255–1267
Berthouly, M. and Etienne H., 2005. Temporary
Immersion System: A New Concept for Use
Liquid
Medium in Mass Propagation, in
Hvoslef-Eide A.K and Preil W., Liquid
Culture Systems For
In vitro Plant Propagation 165-280.
Bhojwani S.S. and Razdan M.K., 1996. Plant Tissue Culture: theory and practice,
a Revised edition,
Elsevier Science B.V, Netherlands.
George
E.F., 2008. Plant Tissue Culture Procedure – Background. In George E.F., Hall, M.A., and De Klerk, G-J., ed, Plant Propagation by Tissue Culture, 3rd
Edition, vol 1 : 1-28. Springer, Netherlands.
George
E.F. and de Klerk G-J., 2008. The Components of Plant Tissue Culture Media I :
Macro- and Micro-Nutrients, In George
E.F., Hall, M.A., and De Klerk, G-J., ed, Plant
Propagation by Tissue Culture, 3rd Edition, vol 1 : 65-113. Springer,
Netherlands.
Hahn
E-J., Kim Y-S., Yu K-W., Jeong C-S., and Paek K-Y, 2003. Adventitious Root
Culture of Panax ginseng c.v Meyer and Ginsenoide Production through Large-Scale
Biorector System, Journal Plant
Biotechnology 5(1):1-6.
Karuppusamy. S. 2009. A Riview
on Trends in Production of Scondary Metabolites from Higher Plants by In Vitro
Tissue, Organ and Cell Cultures. Journal of Medicinal Plants Research Vol.
3(13), pp. 1222-1239.
Machakova I., Zazimalova E. and George E.F., 2008.
Plant Growth Regulators I: Introduction; Auxins,
their Analogues and
Inhibitors, In George E.F., Hall
M.A., and De Klerk G-J., ed, Plant
Propagation
by Tissue Culture, 3rd Edition, vol 1 : 175-204
Mancinelli A.L., 1985. Light-Dependent Anthocyanin
Synthesis: A Model System For The Study Of Plant
Photomorphogenesis. The Botanical Review 51(1):107-157.
Mehrotra
S., Goel M.K., Kukreja A.K., and Mishra
B.N., 2007. Efficiency of Liquid Culture Systems Over Conventional
Micropropagation: A Progress Towards Commercialization, African Journal of Biotechnology 6(13):1484-1492.
Metwali
E.M.R. and Al-Maghrabi O.A., 2012. Effectiveness of Tissue Culture Media
Components on the Growth and Development of Cauliflower (Brassica oleracea var.
Botrytis) Seedling Explants in vitro,
African Journal of Biotechnology
11(76): 14069-14076.
Neumann
K-H., Kumar A., and Imani J., 2009. Plant
Cell and Tissue Culture - A Tool in Biotechnology:Basics and Application, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Germany.
Preil W., 2005. General Introduction: A Personal Reflection on the Use of Liquid Media for in vitro Culture,
in Hvoslef-Eide, A.K and Preil, Walter, Liquid Culture Systems For In vitro Plant Propagation
1-16.
Puchooa
D., Purseramen P.N., and Rujbally B.R., 1999. Effects of Medium Support and
Gelling Agent in The Tissue Culture of Tobacco (Nicotiana tabacum). Science and Technology - Research Journal 3: 129-144.
Thorpe
T., Stasolla C., Yeung E.C., de Klerk G-J., Roberts A. and George E.F., 2008.
The Components of Plant Tissue Culture Media II : Organik Additions, Osmotic
and pH Effects, and Support Systems, In
George E.F., Hall M.A., and de Klerk G-J., ed, Plant Propagation by Tissue Culture, 3rd Edition, vol 1 : 115-173.
Springer, Netherlands.
Salisbury
F.B. and Ross C.W., 1992. Plant
Physiology 4th edition,
Wadsworth Pub. Co
Yeoman
M.M. and Yeoman C.L., 1996. Manipulating Secondary Metabolism in Cultured Plant
Cells. New Phytologist 134:553-569.
Komentar
Posting Komentar